Perencanaan Dan Perancangan Pusat Kekristenan Oikumene Dengan Pendekatan Simbolis di Kota Surabaya
DOI:
https://doi.org/10.61293/anggapa.v1i1.440Kata Kunci:
Oikumene, Pusat Kekristenan, Simbolis AnalogiAbstrak
Setelah puncak Gerakan Reformasi yang membuat gereja Protestan berpisah dengan gereja Katolik Roma, gereja terus mengembangkan teologi di dalamnya sehingga melahirkan aliran-aliran baru dalam kekristenan dengan berbagai doktrin, ajaran, dan tradisi hingga saat ini. Hal inilah yang mendasari Gerakan Oikuemene untuk menciptakan gereja yang Esa di
dalam Kristus. Perencanaan dan perancangan Pusat Kekristenan Oikumene merupakan wadah dan pusat kegiatan kerohanian Kristen bagi seluruh umat Kristen dari berbagai denominasi. Agama terbesar kedua di Kota Surabaya bahkan di Provinsi Jawa Timur, umat Kristen belum memiliki tempat untuk melakukan kegiatan kerohanian Kristen secara Oikumenis. Pusat Kekristenan Oikumene yang dirancang di Kota Surabaya menerapkan Arsitektur Simbolis sebagai dasar perancangan baik dalam fasad bangunan, konsep ruang, dan tatanan landskap, namun tetap mengutamakan akan konsep ekologis didalamnya,
seperti pencahayaan alami, penghawaan alami, dan ruang terbuka hijau. Metode yang dipakai dalam perencanaan dan perancangan: Tahapan desain, Pengumpulan data (primer dan sekunder), Analisa, Konsep perancangan, Desain Arsitektur. Konsep yang diambil dalam perencanaan dan perancangan Pusat Kekristenan Oikumene adalah Arsitektur Simbolis, yang mana simbol-simbol dalam Kekristenan yang memiliki makna dan filosofi serta diakui dan dipercaya oleh seluruh denominasi Kristen dijadikan acuan dalam mendesain bentuk fasad, dan konsep ruang. selain itu dalam penataan massa bangunan, sirkulasi dan tatanan site juga menerapkan simbol-simbol kekristenan sebagai acuan desain. Dengan adanya tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi referensi dari desain Pusat Kekristenan Oikumene di Indonesia.